DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1. Latar belakang........................................................................ 1
2. Rumusan Masalah................................................................... 3
3. Tujuan..................................................................................... 4
4. Manfaat................................................................................... 4
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................... 5
A. Pengertian........................................................................... 5
1. Antibiotik.................................................................... 5
2. Ampisilin..................................................................... 5
3. Jahe merah................................................................... 6
B. Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa
golongan dalam sediaan farmasi dengan
menggunakan Ampisilin..................................................... 6
1. Sifat fisika kimia......................................................... 6
2. Indikasi....................................................................... 7
3. Farmakologi................................................................ 7
4. Efek farmakologi........................................................ 8
5. Stuktur kimia............................................................... 8
6. Farmakodinamik......................................................... 9
7. Farmakokinetik........................................................... 9
8. Mekanisme kerja Ampisilin......................................... 9
9. Metode penelitian....................................................... 10
10. Metode penetapan kadar secara iodometri................. 11
11. Prosedur Kerja............................................................ 12
12. Hasil dan pembahasan................................................. 13
C. Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa
golongan antibotik dalam sediaan biologis dengan
menggunakan tanaman jahe merah.................................... 15
1. Klasifikasi................................................................... 15
2. Mikroba....................................................................... 16
3. Antimikroba................................................................ 18
4. Resistensi Antimikroba............................................... 19
5. Uji Aktivitas Antimikroba.......................................... 20
6. Kromatografi Lapis Tipis............................................ 22
BAB III. PENUTUP.................................................. 23
A. Kesimpulan........................................................................... 23
B. Saran..................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 25
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan berkah, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan pembuatan makalah tentang “Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan Antibiotik dalam sediaan farmasi dan sampel biologis”. Makalah ini kami buat, bertujuan agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang Antibiotik. Dan makalah ini kami buat untuk memenuhi nilai tugas.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada ibu/bapak dosen pembimbing, teman-teman dan rekan-rekan yang telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami harap setelah anda membaca makalah ini, anda dapat mengetahui tentang “Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan Antibiotik dalam sediaan farmasi dan sampel biologi”, yang kami bahas dalam makalah ini, serta dapat memberikan wawasan luas kepada pembaca.
Disadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena itu dibutuhkan saran dan kritik yang membangun agar menjadi lebih baik kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan) dan bios(hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotik merupakan senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Antibiotik dapat dikelompokkan berdasarkan spectrum aktivitas, tempat kerja, dan struktur kimianya (Siswandono, 2000).
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk pervensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaksis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.
Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. oksigen atau udara steril disalurkan dalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotiknya selesai diisolasi dari cairan kultur, antibiotik dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan. (Tjay T, H. 2007)
Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri. Secara spesifik ampisilin (ampicillin) menghambat tahap tiga-tahap akhir dari proses sintesis dinding sel bakteri yang merupakan awal dari kehancuran sel bakteri tersebut.
Ampicillin adalah kelompok obat antibiotik penisilin. Jika Anda alergi terhadap penisilin, jangan mengonsumsi obat ini. Obat ini berfungsi mengatasi infeksi akibat bakteri, contohnya infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih, dan infeksi telinga. Obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada tubuh manusia. Ampicillin hanya berfungsi mengatasi infeksi akibat bakteri, obat ini tidak bisa melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. Konsumsi antibiotik yang tidak tepat atau berlebihan bisa berdampak buruk pada tubuh.
Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri yang merupakan bagian flora normal manusia namun dapat menyebabkan infeksi yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kasus infeksi jamur terutama oleh spesies Candida albicans mengalami peningkatan secara signifikan di Indonesia pada sepuluh tahun terakhir.
Pengobatan penyakit infeksi oleh masyarakat sering dilakukan dengan antibiotik seperti tetrasiklin, ampisilin atau antibiotik jenis lainnya dan pengobatan dengan antijamur. Obat antijamur saat ini masih terbatas dalam perkembangannya, berbeda dengan obat antimikroba lain seperti obat antibakteri yang secara luas telah dikembangkan. Keadaan tersebut mendorong para peneliti mencari terobosan baru dibidang kesehatan untuk penemuan sumber obat-obatan antimikroba lain dari bahan alam yang dapat berperan sebagai antijamur dan antibakteri yang lebih poten dan relatif lebih murah. Akhir-akhir ini banyak ditemukan berbagai macam antimikroba dari bahan alam seperti pada tanaman, rempah-rempah atau dari mikroorganisme selain antimikroba yang diperoleh dari bahan-bahan sintetik.
Salah satu tanaman yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai antimikroba adalah jahe merah. Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa kandungan minyak atsiri dalam rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antimikroba jahe merah terhadap S. aureus, E. coli, dan C. albicans dan kandungan kimianya.
B. Rumusan Masalah
· Apa pengertian antibiotik, ampisilin dan jahe merah?
· Komponen apa saja yang ada terdapat di dalam antibiotik ampisilin?
· Bagaimana mekanisme kerja antibiotik ampisilin?
· Metode pemisahan dan penetapan kadar ampisilin dalam sediaan suspensi kering dengan iodometri?
· Bagaimanakah aktivitas antimikroba ekstrak etanol jahe merah terhadap S. aureus, E. coli, dan C. albicans?
· Jenis senyawa kimia apa yang terdapat dalam ekstrak etanol jahe merah?
C. Tujuan
· Mengetahui antibiotik, ampisilin dan jahe merah
· Mengetahui komponen yang ada terdapat di dalam antibiotik ampisilin
· Mengetahui mekanisme kerja antibiotik ampisilin
· Mengetahui pemisahan dan penetapan kadar ampisilin dalam sediaan suspensi kering dengan iodometri
· Menentukan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol jahe merah terhadap S. aureus, E. coli, dan C. albicans dengan metode dilusi padat.
· Menentukan jenis senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol jahe merah dengan KLT dan skrining fitokimia.
D. Manfaat
· Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan Antibiotik Ampisilin , sebagai informasi bagi mahasiswa agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian serta fungsi dari antibiotik ampisilin serta tanaman apa saja yang biasanya digunakan dalam bidang kesehatan untuk obat yaitu jahe merah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Antibiotik
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Turunan penisilin merupakan pilihan pertama untuk infeksi bakteri yang peka terhadap penisilin karena efek toksiknya terhadap organ tubuh relatif kecil bila dibandingkan dengan antibiotik lain. Turunan penisilin yang banyak digunakan dalam klinik salah satunya adalah Ampisillin.
2. Ampisilin
Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri. Secara spesifik ampisilin (ampicillin) menghambat tahap tiga-tahap akhir dari proses sintesis dinding sel bakteri yang merupakan awal dari kehancuran sel bakteri tersebut. Ampisilin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, merupakan turunan penisilin yang tahan asam termasuk tahan asam lambung tetapi tidak tahan terhadap enzim penisilinase.
3. Jahe Merah
Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai kandungan kimia dan manfaat. Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa kandungan minyak atsiri dalam rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Minyak atsiri jahe merah mengandung trans-geraniol, geranil asetat, zingiberene, citral, curcumene, beta sesquiphellandrene, oleoresin, gingerol, [6]-shogaol, gingerdiol, 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion,dan capsaicin. Rimpang jahe merah mengandung [6]-gingerolyang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antikarsinogenik, antimutagenik, antitumor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antimikroba jahe merah terhadap S. aureus, E. coli, dan C. albicans dan kandungan kimianya.
B. Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan dalam sediaan farmasi dengan menggunakan Ampisilin
1. Sifat fisika kimia
Nama Lain : Ampisilina
Rumus Kimia : C16H19N3O4S
Pemerian : Ampisilin berupa serbuk hablur sangat halus, putih, tidak berbau atau hampir berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 150 bagian air, praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, kloroform, dan dalam minyak lemak. Larutan 0,25% dalam air mempunyai pH 3,5 - 5,5
Khasiat : Antibiotikum
Dosis : Oral 4 dd sehari 0,5-1 gram (gram – K atau trihidrat).
Saluran kemih: 3-4 dd 0,5 gram, selama 2 minggu
Titik lebur : Titik lebur ampisilin lebih kurang 204 C
Reaksi warna : Larutan 10 mg ampisilin trihidrat dalam 1,0 ml air ditambah 2,0 ml K-Cu-tartrat dan 6 ml air akan memberikan warna ungu.
2. Indikasi
Ampisilina digunakan untuk pengobatan:
· Infeksi saluran pernapasan, seperti pneunomia faringitis, bronkitis, laringitis.
· Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis, salmonellosis.
· Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis, sistitis, pielonefritis.
· Infeksi kulit dan jaringan kulit.
· Septikemia, meningitis.
3. Farmakologi
Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri. Secara spesifik ampisilin (ampicillin) menghambat tahap tiga-tahap akhir dari proses sintesis dinding sel bakteri yang merupakan awal dari kehancuran sel bakteri tersebut.
Ampicillin adalah kelompok obat antibiotik penisilin. Jika Anda alergi terhadap penisilin, jangan mengonsumsi obat ini. Obat ini berfungsi mengatasi infeksi akibat bakteri, contohnya infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih, dan infeksi telinga. Obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
Ampicillin hanya berfungsi mengatasi infeksi akibat bakteri, obat ini tidak bisa melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. Konsumsi antibiotik yang tidak tepat atau berlebihan bisa berdampak buruk pada tubuh.
4. Efek farmakologi
Ampisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan amoksisilin, namun lebih lemah terhadap beberapa bakteri. Bersifat bakterisidal dan aktivitasnya mirip dengan benzil penisilin terhadap jasad renik gram positif termasuk Streptococcus faecalis, Streptoccus pneumonia, Streptococcus haemolitik. Aktivitasnya setara dengan tetrasiklin dan kloramfenikol terhadap jasad renik gram negatif, terutama Haemophilus Influensa, Salmonella dan Escherichia coli. Radar hambat minimum jasad renik gram positif antara 0,02 - 5 mg tiap ml, dan untuk jasad renik gram negatif antara 0,02 - 8 mg tiap ml Inaktif terhadap Pseudomonas aerogi-nose.
5. Stuktur kimia
Struktur kimia ampisilin hampir sama dengan amoksisilin, perbedaannya ampisilin tidak mengandung gugus hidroksi fenolik pada rantai samping. Ditinjau dari struktur kimianya ampisilin termasuk dalam golongan antibiotika beta laktam golongan penisilin, yang bekerja pada dinding sel bakteri.
Ampisilin mempunyai inti siklik dan rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin beta laktam dan cincin tiazolidin yang dapat dirusak oleh basa atau ensim penisilinase. Gugus fungsi yang terdapat dalam ampisilin :
· Gugus amina alifatis primer
· Gugus karboksilat
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Turunan penisilin merupakan pilihan pertama untuk infeksi bakteri yang peka terhadap penisilin karena efek toksiknya terhadap organ tubuh relatif kecil bila dibandingkan dengan antibiotik lain. Turunan penisilin yang banyak digunakan dalam klinik salah satunya adalah Ampisillin.
2. Ampisilin
Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri. Secara spesifik ampisilin (ampicillin) menghambat tahap tiga-tahap akhir dari proses sintesis dinding sel bakteri yang merupakan awal dari kehancuran sel bakteri tersebut. Ampisilin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, merupakan turunan penisilin yang tahan asam termasuk tahan asam lambung tetapi tidak tahan terhadap enzim penisilinase.
3. Jahe Merah
Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai kandungan kimia dan manfaat. Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa kandungan minyak atsiri dalam rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Minyak atsiri jahe merah mengandung trans-geraniol, geranil asetat, zingiberene, citral, curcumene, beta sesquiphellandrene, oleoresin, gingerol, [6]-shogaol, gingerdiol, 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion,dan capsaicin. Rimpang jahe merah mengandung [6]-gingerolyang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antikarsinogenik, antimutagenik, antitumor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antimikroba jahe merah terhadap S. aureus, E. coli, dan C. albicans dan kandungan kimianya.
B. Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan dalam sediaan farmasi dengan menggunakan Ampisilin
1. Sifat fisika kimia
Nama Lain : Ampisilina
Rumus Kimia : C16H19N3O4S
Pemerian : Ampisilin berupa serbuk hablur sangat halus, putih, tidak berbau atau hampir berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 150 bagian air, praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, kloroform, dan dalam minyak lemak. Larutan 0,25% dalam air mempunyai pH 3,5 - 5,5
Khasiat : Antibiotikum
Dosis : Oral 4 dd sehari 0,5-1 gram (gram – K atau trihidrat).
Saluran kemih: 3-4 dd 0,5 gram, selama 2 minggu
Titik lebur : Titik lebur ampisilin lebih kurang 204 C
Reaksi warna : Larutan 10 mg ampisilin trihidrat dalam 1,0 ml air ditambah 2,0 ml K-Cu-tartrat dan 6 ml air akan memberikan warna ungu.
2. Indikasi
Ampisilina digunakan untuk pengobatan:
· Infeksi saluran pernapasan, seperti pneunomia faringitis, bronkitis, laringitis.
· Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis, salmonellosis.
· Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis, sistitis, pielonefritis.
· Infeksi kulit dan jaringan kulit.
· Septikemia, meningitis.
3. Farmakologi
Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri. Secara spesifik ampisilin (ampicillin) menghambat tahap tiga-tahap akhir dari proses sintesis dinding sel bakteri yang merupakan awal dari kehancuran sel bakteri tersebut.
Ampicillin adalah kelompok obat antibiotik penisilin. Jika Anda alergi terhadap penisilin, jangan mengonsumsi obat ini. Obat ini berfungsi mengatasi infeksi akibat bakteri, contohnya infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih, dan infeksi telinga. Obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
Ampicillin hanya berfungsi mengatasi infeksi akibat bakteri, obat ini tidak bisa melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. Konsumsi antibiotik yang tidak tepat atau berlebihan bisa berdampak buruk pada tubuh.
4. Efek farmakologi
Ampisilin mempunyai aktivitas yang sama dengan amoksisilin, namun lebih lemah terhadap beberapa bakteri. Bersifat bakterisidal dan aktivitasnya mirip dengan benzil penisilin terhadap jasad renik gram positif termasuk Streptococcus faecalis, Streptoccus pneumonia, Streptococcus haemolitik. Aktivitasnya setara dengan tetrasiklin dan kloramfenikol terhadap jasad renik gram negatif, terutama Haemophilus Influensa, Salmonella dan Escherichia coli. Radar hambat minimum jasad renik gram positif antara 0,02 - 5 mg tiap ml, dan untuk jasad renik gram negatif antara 0,02 - 8 mg tiap ml Inaktif terhadap Pseudomonas aerogi-nose.
5. Stuktur kimia
Struktur kimia ampisilin hampir sama dengan amoksisilin, perbedaannya ampisilin tidak mengandung gugus hidroksi fenolik pada rantai samping. Ditinjau dari struktur kimianya ampisilin termasuk dalam golongan antibiotika beta laktam golongan penisilin, yang bekerja pada dinding sel bakteri.
Ampisilin mempunyai inti siklik dan rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin beta laktam dan cincin tiazolidin yang dapat dirusak oleh basa atau ensim penisilinase. Gugus fungsi yang terdapat dalam ampisilin :
· Gugus amina alifatis primer
· Gugus karboksilat
6. Farmakodinamik
Ampisilin termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti penisilina yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik luas yang bersifat bakterial. Secara klinis efektif terhadap kuman-kuman gram positif yang peka terhadap penisilin 6 dan terhadap bermacam-macam kuman gram negatif, diantaranya: Kuman gram positif (S. pneumoniae, enterokokus, dan stafilokolus yang tidak menghasilkan penisilinase) dan Kuman gram negatif (gonokokus, H. Influenzae, jenis E. coli. Shigella, Salmonella dan P. Mirabilis).
7. Farmakokinetik
· Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan ½ jam sampai 1 jam sebelum makan.
· Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50 ml, kocok sampai serbuk homogen. Setelah rekonstitusi, suspensi tersebut harus digunakan dalam jangka waktu 7 hari.
· Pemakaian parental baik secara i.m ataupun i.v dianjurkan bagi penderita yang tidak memungkinkan untuk pemakaian secara oral.
· Septikemia, meningitis.
8. Mekanisme kerja Ampisilin:
Ampisilin adalah antibiotik penisilin yang mengandung 500mg sulbaktam per 1 gram ampisilin. Mekanisme kerjanya dengan menghalangi pertumbuhan dinding sel bakteri sehingga membunuh bakteri. Obat yang berinteraksi dengan ampisilin, yaitu: Tetrasiklin (misalnya, doksisiklin) karena dapat menurunkan efektivitas Ampisilin, Probenesid karena dapat meningkatkan risiko efek samping Ampisilin, Allopurinol karena dapat meningkatkan resiko ruam kulit, Heparin karena dapat meningkatkan risiko perdarahan, Methotrexate karena dapat meningkatkan risiko efek samping, Antikoagulan (misalnya, warfarin) karena menurunkan efektivitas antikoagulan atau risiko efek samping yang dapat ditingkatkan dengan Ampisilin.
9. Metode penelitian
Salah satu metode penetapan Ampicilin secara kimia adalah metode iodometri. Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Metode Iodomeri Merupakan metode titrasi reduksi-oksidasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan potensial oksidasi yang lebih besar dari sistem iodium-iodida. Iodium akan mengoksidasi zat-zat tersebut, tetapi iodium sendiri akan mengalami reduksi menjadi iodida. Iodium yang tersisa dititrasi kembali menggunakan larutan baku Na2S2O3. Dari sini hanya dapat diketahui iodium yang tersisa sehingga untuk mengetahui iodium yang bereaksi dengan analit (dalam hal ini ampisilin) perlu dilakukan titrasi blanko. Oleh karena itu iodometri dinamakan juga metode titrasi tidak langsung.
Cincin ß- laktam pada penisilin dipecah oleh alkali atau penisilinase. Asam penisiloat yang terjadi dapat ditetapkan kadarnya karena asam ini dapat mengikat iod sedangkan ampisilin tidak dapat mengikat iodium. Metode ini merupakan metode titrasi tidak langsung di mana kelebihan iodium akan dititrasi dengan baku natrium tiosulfat. Metode iodometri agak spesifik, karena senyawa bukan penisilina yang ada tidak ikut tertetapkan dengan cara melakukan blanko. Juga metode ini cukup peka karena jumlah iod yang bereaksi cukup besar.
Dengan mempelajari sifat kimia dan rumus bangun dari suatu antibiotik maka dapat disusun penetapan secara kimiawi yang lebih baik. Metode yang paling baik adalah metode yang dapat menetapkan suatu senyawa secara kuantitatif tanpa diganggu oleh hasil peruraiannya atau senyawa lain yang mempunyai sifat kimia yang serupa.
10. Metode penetapan kadar secara iodometri
Alat yang akan digunakan yaitu Buret, Labu takar (10 ml, 25 ml, 100 ml, 500 ml), Statis, Sendok , Labu ukur, Gelas Beker, Neraca analitik, Pipet tetes, Pipet volume, Pro pipet, gelas kimia, gelas ukur, biuret, erlenmeyer.
Bahan yang akan digunakan yaitu Sampel sirup kering ampisilin, Aquades, NaOH, HCl pekat, Natrium tiosulfat, Asam asetat 12% , Na asetat 27%, Yodium, Indikator kanji 0,5 % b/v, KI, Kalium bromat.
a. Sampel
Diambil ampisilin dry syrup 125 mg/5 mL ditimbang ampsilin ± 50 mg sampel secara seksama masukkan kedalam labu takar, Ditambah aquades sampai 100 ml, lalu larutkan.
b. Blanko
5 ml larutan sampel masukkan kedalam labu bersumbat kaca, Ditambah 5 ml dapar pH 4,5, Ditambah 10,0 ml yodium 0,01 N, Dibiarkan 20 menit terlindung dari cahaya, Dititrasi dengan baku Na2S2O3 0,01 N dengan 1 ml indikator kanji.
Ampisilin termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti penisilina yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik luas yang bersifat bakterial. Secara klinis efektif terhadap kuman-kuman gram positif yang peka terhadap penisilin 6 dan terhadap bermacam-macam kuman gram negatif, diantaranya: Kuman gram positif (S. pneumoniae, enterokokus, dan stafilokolus yang tidak menghasilkan penisilinase) dan Kuman gram negatif (gonokokus, H. Influenzae, jenis E. coli. Shigella, Salmonella dan P. Mirabilis).
7. Farmakokinetik
· Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan ½ jam sampai 1 jam sebelum makan.
· Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50 ml, kocok sampai serbuk homogen. Setelah rekonstitusi, suspensi tersebut harus digunakan dalam jangka waktu 7 hari.
· Pemakaian parental baik secara i.m ataupun i.v dianjurkan bagi penderita yang tidak memungkinkan untuk pemakaian secara oral.
· Septikemia, meningitis.
8. Mekanisme kerja Ampisilin:
Ampisilin adalah antibiotik penisilin yang mengandung 500mg sulbaktam per 1 gram ampisilin. Mekanisme kerjanya dengan menghalangi pertumbuhan dinding sel bakteri sehingga membunuh bakteri. Obat yang berinteraksi dengan ampisilin, yaitu: Tetrasiklin (misalnya, doksisiklin) karena dapat menurunkan efektivitas Ampisilin, Probenesid karena dapat meningkatkan risiko efek samping Ampisilin, Allopurinol karena dapat meningkatkan resiko ruam kulit, Heparin karena dapat meningkatkan risiko perdarahan, Methotrexate karena dapat meningkatkan risiko efek samping, Antikoagulan (misalnya, warfarin) karena menurunkan efektivitas antikoagulan atau risiko efek samping yang dapat ditingkatkan dengan Ampisilin.
9. Metode penelitian
Salah satu metode penetapan Ampicilin secara kimia adalah metode iodometri. Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Metode Iodomeri Merupakan metode titrasi reduksi-oksidasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan potensial oksidasi yang lebih besar dari sistem iodium-iodida. Iodium akan mengoksidasi zat-zat tersebut, tetapi iodium sendiri akan mengalami reduksi menjadi iodida. Iodium yang tersisa dititrasi kembali menggunakan larutan baku Na2S2O3. Dari sini hanya dapat diketahui iodium yang tersisa sehingga untuk mengetahui iodium yang bereaksi dengan analit (dalam hal ini ampisilin) perlu dilakukan titrasi blanko. Oleh karena itu iodometri dinamakan juga metode titrasi tidak langsung.
Cincin ß- laktam pada penisilin dipecah oleh alkali atau penisilinase. Asam penisiloat yang terjadi dapat ditetapkan kadarnya karena asam ini dapat mengikat iod sedangkan ampisilin tidak dapat mengikat iodium. Metode ini merupakan metode titrasi tidak langsung di mana kelebihan iodium akan dititrasi dengan baku natrium tiosulfat. Metode iodometri agak spesifik, karena senyawa bukan penisilina yang ada tidak ikut tertetapkan dengan cara melakukan blanko. Juga metode ini cukup peka karena jumlah iod yang bereaksi cukup besar.
Dengan mempelajari sifat kimia dan rumus bangun dari suatu antibiotik maka dapat disusun penetapan secara kimiawi yang lebih baik. Metode yang paling baik adalah metode yang dapat menetapkan suatu senyawa secara kuantitatif tanpa diganggu oleh hasil peruraiannya atau senyawa lain yang mempunyai sifat kimia yang serupa.
10. Metode penetapan kadar secara iodometri
Alat yang akan digunakan yaitu Buret, Labu takar (10 ml, 25 ml, 100 ml, 500 ml), Statis, Sendok , Labu ukur, Gelas Beker, Neraca analitik, Pipet tetes, Pipet volume, Pro pipet, gelas kimia, gelas ukur, biuret, erlenmeyer.
Bahan yang akan digunakan yaitu Sampel sirup kering ampisilin, Aquades, NaOH, HCl pekat, Natrium tiosulfat, Asam asetat 12% , Na asetat 27%, Yodium, Indikator kanji 0,5 % b/v, KI, Kalium bromat.
a. Sampel
Diambil ampisilin dry syrup 125 mg/5 mL ditimbang ampsilin ± 50 mg sampel secara seksama masukkan kedalam labu takar, Ditambah aquades sampai 100 ml, lalu larutkan.
b. Blanko
5 ml larutan sampel masukkan kedalam labu bersumbat kaca, Ditambah 5 ml dapar pH 4,5, Ditambah 10,0 ml yodium 0,01 N, Dibiarkan 20 menit terlindung dari cahaya, Dititrasi dengan baku Na2S2O3 0,01 N dengan 1 ml indikator kanji.
c. Pembakuan/Pembuatan Larutan Baku
a. Pembuatan larutan baku Na2S2O3 0,01 N
Ditimbang Na2S2O3 2,482 g dimasukkan dalam gelas kimia dilarutkan dengan air bebas CO2 dan dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL serta dicukupkan volumenya hingga tanda.
b. Pembuatan indikator amilum 0, 5% b/v
Ditmbang kanji sebanyak 500 mg dan dilarutkan dengan aquadest 100 mL, dipanaskan pada penangas air selama ± 3 menit.
11. Prosedur Kerja
a) Titrasi blanko untuk perhitungan kesetaraannya
Dipipet 20 ml suspensi ampicilin (dari pengolahan sampel) dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Kemudian ditambahkan 10 ml iodium 0,01 N dan 0,1 ml HCL 1,2 N. Lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N. Pada saat mendekati titik akhir, ditambahkan 2 ml larutan indikator kanji 0,05% b/v dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Dan volume titrasi yang diperoleh digunakan untuk menghitung angka kesetaraan.
b) Inaktivasi untuk penetapan angka kesetaraan
Pada 2,0 suspensi ampicilin dengan kadar 1,25 mg/ml ditambah 2 ml NaOH 0,1 N. Dicampur dengan menggunakan labu ukur, dibiarkan 15 menit ditempat gelap. Lalu ditambahkan 2 ml HCL dan 10,0 ml iodium 0,01 N. labu ditutup, dan di biarkan selama 15 menit. Selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N, pada saat mendekati titik aktif ditambahkan 2 ml larutan kanji, titrasi dilanjutkan hingga warna biru hilang.
a. Pembuatan larutan baku Na2S2O3 0,01 N
Ditimbang Na2S2O3 2,482 g dimasukkan dalam gelas kimia dilarutkan dengan air bebas CO2 dan dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL serta dicukupkan volumenya hingga tanda.
b. Pembuatan indikator amilum 0, 5% b/v
Ditmbang kanji sebanyak 500 mg dan dilarutkan dengan aquadest 100 mL, dipanaskan pada penangas air selama ± 3 menit.
11. Prosedur Kerja
a) Titrasi blanko untuk perhitungan kesetaraannya
Dipipet 20 ml suspensi ampicilin (dari pengolahan sampel) dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Kemudian ditambahkan 10 ml iodium 0,01 N dan 0,1 ml HCL 1,2 N. Lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N. Pada saat mendekati titik akhir, ditambahkan 2 ml larutan indikator kanji 0,05% b/v dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Dan volume titrasi yang diperoleh digunakan untuk menghitung angka kesetaraan.
b) Inaktivasi untuk penetapan angka kesetaraan
Pada 2,0 suspensi ampicilin dengan kadar 1,25 mg/ml ditambah 2 ml NaOH 0,1 N. Dicampur dengan menggunakan labu ukur, dibiarkan 15 menit ditempat gelap. Lalu ditambahkan 2 ml HCL dan 10,0 ml iodium 0,01 N. labu ditutup, dan di biarkan selama 15 menit. Selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N, pada saat mendekati titik aktif ditambahkan 2 ml larutan kanji, titrasi dilanjutkan hingga warna biru hilang.
c) Titrasi inaktivasi untuk perhitungan % kadar dan kesalahan sistemik
Dipipet larutan sampel sebanyak 2,0 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambah 2,0 ml NaOH 1 N, disimpan di tempat gelap selama 10 menit. Lalu ditambah lagi 2,0 ml HCL 1,2 N dan 10,0 ml I2 0,01 N dan disimpan kembali ditempat gelap selama 10 menit. Kemudian dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 hingga kuning pucat. Sebelum mendekati titik akhir titrasi ditambahkan 2,0 ml kanji 0,05% b/v hingga berwarna biru. Titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat hilang. Selanjutnya dicatat volume titrasi dan dihitung % kadar serta kesalahan sistemiknya.
12. Hasil dan pembahasan
a. Pembahasan
Metode iodometri digunakan untuk penetapan kadar sebagian besar senyawa antibiotik penisilin dan bentuk sediaannya yang tercantum dalam farmakope dan dititrasi iodometri merupakan metode yang paling sesuai.
Untuk penentuan kadar ampisilin juga dilakukan titrasi blanko sebagai pembanding. Sebelum dititrasi inaktivasi, dilakukan titrasi untuk balnko, dengan cara dipepet 2,0 ml larutan sampel ditambahkan denagn 10,0 mL, I2 0,01 N dan 0,1 Ml HCl, selanjutnya ditirasi, sebelum titrasi mendekati ditambahkan indikator kanji 0,5 % b/v, kemudian titrasi dilanjutkan hingga biru hilang, larutan peniter yang digunakan sama, yaitu Na2S2O3 0,01 N. Titrasi blanko ini sebagai pembanding.
Titrasi inaktivasi dilakukan dengan cara memipet larutan sampel sebanyak 2,0 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahakan dengan NaOH 1 N sebanyak 2 mL, khasiat ampisilin itentukan oleh adanya struktur cincin beta laktamnya, oleh karena itu dipecah/dibuka dengan adanya alkali menjadi asam-paraamino benzil penisiloat, setelah penambahan NaOH disimpan ditempat gelap selama 20 menit untuk mempercepat terjadinya hidrolisis atau terjadinya reaksi. Juga bertujuan memberikan kesempatan kepada senyawa kotor untuk bereaksi nantinya dengan iodium,. Setelah itu ditambahkan dengan 2,0 mL HCl 1,2 N untuk mengubahnya menjadi penisilamin kemudian ditambah dengan 10,0 mL I2 0,01 N. Penisilin inilah yang berikatan dengan iodium. Selanjutnya disimpan kembali ditempat gelap, sehingga reaksi lebih cepat terjadi. Kelebihan iodium kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N.
Perubahan warna yang diinginkan yaitu bening antara kuning ucat dan bening sulit untuk dibedakan maka dibutuhkan penggunaan indikator, sehingga berubah warna menjadi biru tua kemudian menjadi bening (biru hilang), dengan indikator kanji 0,05 % karena mudah ditekan oleh amilum.
Dipipet larutan sampel sebanyak 2,0 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambah 2,0 ml NaOH 1 N, disimpan di tempat gelap selama 10 menit. Lalu ditambah lagi 2,0 ml HCL 1,2 N dan 10,0 ml I2 0,01 N dan disimpan kembali ditempat gelap selama 10 menit. Kemudian dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 hingga kuning pucat. Sebelum mendekati titik akhir titrasi ditambahkan 2,0 ml kanji 0,05% b/v hingga berwarna biru. Titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat hilang. Selanjutnya dicatat volume titrasi dan dihitung % kadar serta kesalahan sistemiknya.
12. Hasil dan pembahasan
a. Pembahasan
Metode iodometri digunakan untuk penetapan kadar sebagian besar senyawa antibiotik penisilin dan bentuk sediaannya yang tercantum dalam farmakope dan dititrasi iodometri merupakan metode yang paling sesuai.
Untuk penentuan kadar ampisilin juga dilakukan titrasi blanko sebagai pembanding. Sebelum dititrasi inaktivasi, dilakukan titrasi untuk balnko, dengan cara dipepet 2,0 ml larutan sampel ditambahkan denagn 10,0 mL, I2 0,01 N dan 0,1 Ml HCl, selanjutnya ditirasi, sebelum titrasi mendekati ditambahkan indikator kanji 0,5 % b/v, kemudian titrasi dilanjutkan hingga biru hilang, larutan peniter yang digunakan sama, yaitu Na2S2O3 0,01 N. Titrasi blanko ini sebagai pembanding.
Titrasi inaktivasi dilakukan dengan cara memipet larutan sampel sebanyak 2,0 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahakan dengan NaOH 1 N sebanyak 2 mL, khasiat ampisilin itentukan oleh adanya struktur cincin beta laktamnya, oleh karena itu dipecah/dibuka dengan adanya alkali menjadi asam-paraamino benzil penisiloat, setelah penambahan NaOH disimpan ditempat gelap selama 20 menit untuk mempercepat terjadinya hidrolisis atau terjadinya reaksi. Juga bertujuan memberikan kesempatan kepada senyawa kotor untuk bereaksi nantinya dengan iodium,. Setelah itu ditambahkan dengan 2,0 mL HCl 1,2 N untuk mengubahnya menjadi penisilamin kemudian ditambah dengan 10,0 mL I2 0,01 N. Penisilin inilah yang berikatan dengan iodium. Selanjutnya disimpan kembali ditempat gelap, sehingga reaksi lebih cepat terjadi. Kelebihan iodium kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N.
Perubahan warna yang diinginkan yaitu bening antara kuning ucat dan bening sulit untuk dibedakan maka dibutuhkan penggunaan indikator, sehingga berubah warna menjadi biru tua kemudian menjadi bening (biru hilang), dengan indikator kanji 0,05 % karena mudah ditekan oleh amilum.
C. Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan antibotik dalam sediaan biologis dengan menggunakan tanaman jahe merah.
1. Klasifikasi
· Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe varrubrum)
Kedudukan tanaman jahe merah dalam klasifikasi sistem tumbuhan sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Anak kelas : Zingiberidae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber officinale Roscoevar rubrum.
Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai kandungan kimia dan manfaat. Minyak atsiri jahe merah mengandung trans-geraniol, geranil asetat, zingiberene, citral, curcumene, beta sesquiphellandrene, oleoresin, gingerol, [6]-shogaol, gingerdiol, 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion, dan capsaicin. Berdasarkan pengalaman, rimpang jahe merah digunakan sebagai pencahar, penguat lambung, peluruh masuk angin, rematik, radang, muntah dan nyeri otot. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang jahe merah dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Rimpang jahe merah memiliki efek antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Rimpang jahe merah mengandung 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antikarsinogenik, antimutagenik, antitumor. Penelitian lain menyebutkan bahwa senyawa 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion, 6-gingerol,dan capsaicin yang terdapat dalam jahe merah bekerja sebagai antiinflamasi yang dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot polos trakhea.
2. Mikroba
1. Klasifikasi
· Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe varrubrum)
Kedudukan tanaman jahe merah dalam klasifikasi sistem tumbuhan sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Anak kelas : Zingiberidae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber officinale Roscoevar rubrum.
Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai kandungan kimia dan manfaat. Minyak atsiri jahe merah mengandung trans-geraniol, geranil asetat, zingiberene, citral, curcumene, beta sesquiphellandrene, oleoresin, gingerol, [6]-shogaol, gingerdiol, 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion, dan capsaicin. Berdasarkan pengalaman, rimpang jahe merah digunakan sebagai pencahar, penguat lambung, peluruh masuk angin, rematik, radang, muntah dan nyeri otot. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang jahe merah dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Rimpang jahe merah memiliki efek antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Rimpang jahe merah mengandung 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antikarsinogenik, antimutagenik, antitumor. Penelitian lain menyebutkan bahwa senyawa 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion, 6-gingerol,dan capsaicin yang terdapat dalam jahe merah bekerja sebagai antiinflamasi yang dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot polos trakhea.
2. Mikroba
-> Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus sebagai berikut:
Divisio : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik, tumbuh paling cepat pada suhu kamar 37°C, paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar (20°C) dan pada media dengan pH 7,2-7,4. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus menonjol, dan berkilau-kilau membentuk pigmen.
Staphylococcus aureus berbentuk coccus, termasuk dalam bakteri Gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoksin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif aerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60ºC setelah 60 menit, merupakan flora normal yang terdapat pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksi akan lebih berat jika menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes, luka bakar dan AIDS.
-> Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli sebagai berikut :
Divisio : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Eubacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada media sederhana dan dapat melakukan fermentasi laktosa serta menghasilkan gas. Escherichia coli merupakan flora normal yang hidup komensal di dalam kolon manusia dan diduga membantuk pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Bakteri ini akan menimbulkan penyakit jika masuk ke organ atau jaringan lain. Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria.
-> Candida albicans
Klasifikasi dari Candida albicans sebagai berikut :
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Jamur Candida albicans tumbuh sebagai sel ragi tunas berbentuk oval (berukuran 3-6μm). Beberapa spesies ragi genus Candida mampu menyebabkan kandidiasis. Candidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam lagi. Jamur ini sering kali terdapat pada mukosa mulut, oropharing, dan traktus gastrointestinal orang sehat (flora normal). Candidiasis dapat mengenai kulit, kuku, atau organ tubuh, seperti ginjal, jantung dan paru-paru.
3. Antimikroba
Antimikroba adalah golongan obat yang digunakan untuk terapi infeksi atau pencegahan infeksi. Antimikroba memiliki cara kerja yang berbeda-beda dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.Klasifikasi berbagai antibiotik dibuat berdasarkan mekanisme kerja tersebut, yaitu:
a. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Intensitas efek yang ditimbulkan terhadap bakteri adalah bakterisidal. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin dan vankomisin.
b. Antimikroba yang bekerja dengan merusak membran sel mikroorganisme.Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah polimiksin dan golongan polien.
c. Antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan mengikat ribosom 30S dan 50S. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah kloramfenikol, tetrasiklin dan linkomisin.
d. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Yang termasuk golomgan ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon.
e. Antimikroba yang menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme folat. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamide, trimetropim, dan asam p-aminoalisilat.
4. Resistensi Antimikroba
Klasifikasi Staphylococcus aureus sebagai berikut:
Divisio : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik, tumbuh paling cepat pada suhu kamar 37°C, paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar (20°C) dan pada media dengan pH 7,2-7,4. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus menonjol, dan berkilau-kilau membentuk pigmen.
Staphylococcus aureus berbentuk coccus, termasuk dalam bakteri Gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoksin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif aerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60ºC setelah 60 menit, merupakan flora normal yang terdapat pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksi akan lebih berat jika menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes, luka bakar dan AIDS.
-> Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli sebagai berikut :
Divisio : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Eubacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada media sederhana dan dapat melakukan fermentasi laktosa serta menghasilkan gas. Escherichia coli merupakan flora normal yang hidup komensal di dalam kolon manusia dan diduga membantuk pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Bakteri ini akan menimbulkan penyakit jika masuk ke organ atau jaringan lain. Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria.
-> Candida albicans
Klasifikasi dari Candida albicans sebagai berikut :
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Jamur Candida albicans tumbuh sebagai sel ragi tunas berbentuk oval (berukuran 3-6μm). Beberapa spesies ragi genus Candida mampu menyebabkan kandidiasis. Candidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam lagi. Jamur ini sering kali terdapat pada mukosa mulut, oropharing, dan traktus gastrointestinal orang sehat (flora normal). Candidiasis dapat mengenai kulit, kuku, atau organ tubuh, seperti ginjal, jantung dan paru-paru.
3. Antimikroba
Antimikroba adalah golongan obat yang digunakan untuk terapi infeksi atau pencegahan infeksi. Antimikroba memiliki cara kerja yang berbeda-beda dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.Klasifikasi berbagai antibiotik dibuat berdasarkan mekanisme kerja tersebut, yaitu:
a. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Intensitas efek yang ditimbulkan terhadap bakteri adalah bakterisidal. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin dan vankomisin.
b. Antimikroba yang bekerja dengan merusak membran sel mikroorganisme.Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah polimiksin dan golongan polien.
c. Antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan mengikat ribosom 30S dan 50S. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah kloramfenikol, tetrasiklin dan linkomisin.
d. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Yang termasuk golomgan ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon.
e. Antimikroba yang menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme folat. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamide, trimetropim, dan asam p-aminoalisilat.
4. Resistensi Antimikroba
Permasalahan resistensi bakteri pada penggunaan antibiotika merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia. WHO dan beberapa organisasi telah mengeluarkan pernyataan mengenai pentingnya mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan masalah tersebut, termasuk strategi untuk mengendalikan kejadian resistensi. Beberapa penyebab terjadinya resistensi bakteri terhadap obat adalah:
a. Sebab non genetik
Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih bertahan hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan antimikroba yang sama.
b. Sebab genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik tersebut dapat dipindahkan dari satu spesies kuman kepada spesies kuman yang lain melalui berbagai mekanisme. Mekanisme tersebut terbagi dalam 3 kelompok yaitu resistensi kromosomal, resistensi ekstra kromosomal dan resistensi silang.
· Resistensi Kromosom
Ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada suatu lokus DNA yang mengendalikan kepekaan terhadap suatu obat antimikroba. Adanya antimikrobia bertindak sebagai mekanisme selektif yakni membunuh bakteri yang peka dan membiarkan tumbuh bakteri yang resisten.
· Resistensi Ekstra Kromosom
Bakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstra kromosomal yang dinamakan plasmid. Gen plasmid untuk resistensi antimikroba mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak obat antimikroba.
· Resistensi Silang
Mikrorganisme resisten terhadap obattertentu dan mungkin juga resisten terhadap obat lain yang mekanismenya sama. Kemiripan antar antimikroba seperti kedekatan struktur kimia (misalnya berbagai macam aminoglikosida) atau yang mempunyai kesamaan ikatan atau mekanisme kerja (misalnya makrolida-linkomisin). Obat golongan tertentu, kesamaan terletak pada inti aktif kimiawinya (misalnya tetrasiklin) bisa diduga akan sering terjadi resistensi silang.
5. Uji Aktivitas Antimikroba
Uji aktivitas antimikroba mempunyai tujuan mengukur aktivitas daya antimikroba dari suatu senyawa kimia terhadap bakteri. Tujuan pengukuran aktivitas antimikroba adalah untuk menentukan potensi suatu zat antimikroba dalam larutan, konsentrasi suatu antimikroba terhadap cairan badan dari jaringan, dan kepekaan suatu antimikroba terhadap konsentrasi-konsentrasi obat yang dikenal. Uji penentuan kerentanan patogen bakteri terhadap obat-obatan antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode utama yakni difusi dan dilusi.
· Metode difusi
Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah obat tertentu ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji ditentukan dengan diameter zona hambat disekitar cakram. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor antara obat dan organisme, faktor fisik dan kimia (misalnya sifat medium, kemampuan difusi, ukuran molekul, dan stabilitas obat).
· Metode dilusi cair
Metode ini untuk mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum). Caranya antimikroba diencerkan sampai diperoleh beberapa konsentrasi pada medium cair. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi mikroba dalam media, larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba ditetapkan sebagai KHM atau MIC.
· Metode dilusi padat
Metode ini serupa dengan dilusi cair namun perbedaannya pada media yang digunakan yaitu dengan media padat. Pada metode dilusi padat, larutan obat terdistribusi merata sehingga kontak dengan bakteri lebih efektif, ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri dapat teramati dengan jelas, sehingga dapat memudahkan dalam penentuan harga Kadar Bunuh Minimal (KBM) terhadap bakteri uji.
6. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan dan uji senyawa kimia secara kualitatif dan kuantitatif. Senyawa yang diuji dapat berupa senyawa tunggal maupun campuran dari produk pabrik, hasil sintesis, isolasi dari hewan percobaan, tanaman maupun mikroorganisme. Pada kromatografi lapis tipis dikenal istilah fase diam dan fase gerak. Fase diam merupakan lapisan yang dibuat dari bahan-bahan berbutir-butir halus yang ditempatkan pada lempengan. Macam-macam fase diam adalah silika gel, alumina, selulosa, resin, magnesium silikat. Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Macam-macam fase gerak antara lain heksana, toluen, eter, kloroform, aseton, etil asetat, asetonitril, etanol, metanol dan air.
A. Kesimpulan
1. Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan) dan bios(hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
2. Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
3. Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri.
4. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri yang merupakan bagian flora normal manusia namun dapat menyebabkan infeksi yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kasus infeksi jamur terutama oleh spesies Candida albicans mengalami peningkatan secara signifikan di Indonesia pada sepuluh tahun terakhir.
5. Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai kandungan kimia dan manfaat. Minyak atsiri jahe merah mengandung trans-geraniol, geranil asetat, zingiberene, citral, curcumene, beta sesquiphellandrene, oleoresin, gingerol, [6]-shogaol, gingerdiol, 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion,dan capsaicin.
B. Saran
a. Sebab non genetik
Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih bertahan hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan antimikroba yang sama.
b. Sebab genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik tersebut dapat dipindahkan dari satu spesies kuman kepada spesies kuman yang lain melalui berbagai mekanisme. Mekanisme tersebut terbagi dalam 3 kelompok yaitu resistensi kromosomal, resistensi ekstra kromosomal dan resistensi silang.
· Resistensi Kromosom
Ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada suatu lokus DNA yang mengendalikan kepekaan terhadap suatu obat antimikroba. Adanya antimikrobia bertindak sebagai mekanisme selektif yakni membunuh bakteri yang peka dan membiarkan tumbuh bakteri yang resisten.
· Resistensi Ekstra Kromosom
Bakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstra kromosomal yang dinamakan plasmid. Gen plasmid untuk resistensi antimikroba mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak obat antimikroba.
· Resistensi Silang
Mikrorganisme resisten terhadap obattertentu dan mungkin juga resisten terhadap obat lain yang mekanismenya sama. Kemiripan antar antimikroba seperti kedekatan struktur kimia (misalnya berbagai macam aminoglikosida) atau yang mempunyai kesamaan ikatan atau mekanisme kerja (misalnya makrolida-linkomisin). Obat golongan tertentu, kesamaan terletak pada inti aktif kimiawinya (misalnya tetrasiklin) bisa diduga akan sering terjadi resistensi silang.
5. Uji Aktivitas Antimikroba
Uji aktivitas antimikroba mempunyai tujuan mengukur aktivitas daya antimikroba dari suatu senyawa kimia terhadap bakteri. Tujuan pengukuran aktivitas antimikroba adalah untuk menentukan potensi suatu zat antimikroba dalam larutan, konsentrasi suatu antimikroba terhadap cairan badan dari jaringan, dan kepekaan suatu antimikroba terhadap konsentrasi-konsentrasi obat yang dikenal. Uji penentuan kerentanan patogen bakteri terhadap obat-obatan antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode utama yakni difusi dan dilusi.
· Metode difusi
Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah obat tertentu ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji ditentukan dengan diameter zona hambat disekitar cakram. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor antara obat dan organisme, faktor fisik dan kimia (misalnya sifat medium, kemampuan difusi, ukuran molekul, dan stabilitas obat).
· Metode dilusi cair
Metode ini untuk mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum). Caranya antimikroba diencerkan sampai diperoleh beberapa konsentrasi pada medium cair. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi mikroba dalam media, larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba ditetapkan sebagai KHM atau MIC.
· Metode dilusi padat
Metode ini serupa dengan dilusi cair namun perbedaannya pada media yang digunakan yaitu dengan media padat. Pada metode dilusi padat, larutan obat terdistribusi merata sehingga kontak dengan bakteri lebih efektif, ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri dapat teramati dengan jelas, sehingga dapat memudahkan dalam penentuan harga Kadar Bunuh Minimal (KBM) terhadap bakteri uji.
6. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan dan uji senyawa kimia secara kualitatif dan kuantitatif. Senyawa yang diuji dapat berupa senyawa tunggal maupun campuran dari produk pabrik, hasil sintesis, isolasi dari hewan percobaan, tanaman maupun mikroorganisme. Pada kromatografi lapis tipis dikenal istilah fase diam dan fase gerak. Fase diam merupakan lapisan yang dibuat dari bahan-bahan berbutir-butir halus yang ditempatkan pada lempengan. Macam-macam fase diam adalah silika gel, alumina, selulosa, resin, magnesium silikat. Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Macam-macam fase gerak antara lain heksana, toluen, eter, kloroform, aseton, etil asetat, asetonitril, etanol, metanol dan air.
BAB III
PENUTUP
1. Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan) dan bios(hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
2. Ampisilin (ampicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
3. Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri.
4. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri yang merupakan bagian flora normal manusia namun dapat menyebabkan infeksi yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kasus infeksi jamur terutama oleh spesies Candida albicans mengalami peningkatan secara signifikan di Indonesia pada sepuluh tahun terakhir.
5. Jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki berbagai kandungan kimia dan manfaat. Minyak atsiri jahe merah mengandung trans-geraniol, geranil asetat, zingiberene, citral, curcumene, beta sesquiphellandrene, oleoresin, gingerol, [6]-shogaol, gingerdiol, 10-dehydroginger-dione, 10-ginger-dione, 6-gingerdion,dan capsaicin.
B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini yaitu untuk pembaca diharapkan dalam membaca makalah ini dapat lebih tahu dan memahami tentang metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa golongan Antibiotik Ampisilin sehingga pemahaman itu dapat diinformasikan kepada orang awam dan dapat diaplikasikan untuk diri sendiri dan dilingkungan sekitarnya. Selain itu penulis mengharapkan saran yang membangun yang dapat menjadi motivasi dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya sehingga dalam pembuatan makalah berikutnya penulis lebih teliti dan lebih baik lagi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk tertulis seperti makalah ini.
Pratiwi. S. T. 2008. Mikrobiologi. Gramedia ; Jakarta.
Siswandono, 2000. Kimia Medisinal. Airlangga University Press: Surabaya.
Tjay. T. H. 2007. Obat-obat Penting. Gramedia ; Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono, 2000. Kimia Medisinal. Airlangga University Press: Surabaya.
Tjay. T. H. 2007. Obat-obat Penting. Gramedia ; Jakarta.
Tag :
Farmasi